Posted on July 16, 2013 . [DISCLAIMER KISAH INI TERJADI BEBERAPA TAHUN SILAM] BRAK!!! Saya membuka mata sejenak, namun kesadaran saya yang masih belum kembali dan ditambah suara yang berdenging begitu kencang di telinga memaksa saya untuk menutupnya lagi, sampai akhirnya saya mendengar suara teman-teman yang berteriak mengumpat kesakitan âjuga sebagian berdzikirâ, dan mencium bau asap yang mulai merasuk ke hidung. Saya berharap bahwa ini cuma mimpi, namun rasa nyeri yang menjalar di seluruh tubuh membuat saya tersadar. Saya memaksakan membuka mata, dan mendapati mobil APV yang kami gunakan menabrak sebuah pohon di sisi kanan jalan, yang membuat kap mobil tersebut terbelah dan menyangkut ke pohon tersebut. Asap mengepul tanpa henti dari kap mobil yang terluka. Adi, teman kami yang mendapat giliran menjadi supir mendapati kepalanya tersandar di kemudi. Ainul, yang duduk di sampingnya terus memegang kepalanya yang menerpa kaca depan mobil, dan darah bercucuran dari batoknya. Mario yang duduk di belakangnya, mengerang setelah kakinya terjepit di bawah jok dan bengkak hebat karena menghantam dongkrak yang tersimpan di situ. Di sampingnya, ada Wulan yang hidungnya terus mengucurkan darah, dan Handa yang langsung sesak napas karena kaget setelah guncangan hebat tersebut. Di barisan belakang, terdapat Ika, Petty, dan saya, yang memar-memar karena benturan tersebut. Sejurus kemudian, saya dan Adi âyang paling sadar di antara semuanyaâ membantu mengevakuasi teman-teman dari mobil nahas itu, dan meminggirkannya di warung yang telah tutup di pagi buta tersebut. Tak berapa lama, mobil kami telah menjadi tontonan orang yang lewat di daerah tersebut, dan kemudian polisi pun datang. â Malam Sebelumnya â Sekitar pukul sepuluh, mobil APV telah membawa kami menembus kemacetan Jakarta untuk bertolak menuju Sukabumi sebelum melanjutkan perjalanan ke Ujung Genteng. Kami berniat untuk menyusul rombongan rekan sejawat yang telah berangkat sore harinya, namun karena ada kuliah malam, maka kami memutuskan untuk menyusul di malam harinya setelah kuliah. Saya mengendarai mobil tersebut dari Jakarta, dan menyerahkan kuncinya ke Adi, ketika mobil telah berhasil tiba di Sukabumi âsetelah tersesat di tepian hutan dan jurang, dan kembali ke rute yang benar setelah bertanya ke pos polisi setempat yang masih bukaâ beberapa jam kemudian. Saat itu, saya tak tahu kejutan apa yang telah menanti di Ujung Genteng. Adzan subuh mulai bergema di telinga, ketika kami memasuki Pantai Ujung Genteng. Di ujung jalan yang berangsur-angsur tertimpa cahaya matahari, kami menemukan lokasi penginapan yang dicari yaitu Mama Losmen, yang entah apakah ada hubungannya dengan Mama Lauren dan Mama Lemon. Penginapan Mama Losmen, Ujung Genteng. Pagi harinya, kami telah berkumpul bersama rombongan besar yang telah tiba terlebih dahulu malam hari kemarin. Rencananya kami akan mengunjungi dua curug Air Terjun yang terkenal di Ujung Genteng. Yang satu bernama Curug Cikaso, dan satunya bernama Curug Cigangsa. Selepas sarapan, berangkatlah kami menggunakan bus berukuran sedang yang sudah dicarter dari Jakarta oleh rombongan besar. Saat itu, kami tak tahu kejutan apa yang telah menanti di Ujung Genteng. Curug Cikaso Kurang lebih satu jam perjalanan, sampailah kami di pintu gerbang kemerdekaan masuk objek wisata Curug Cikaso, yang di pinggir kanan kirinya terdapat kios yang menjual cinderamata khas sana, termasuk kaus yang bertuliskan âCURUG CIKASOâ. Setelah melihat sejenak, dan berkomentar âAH MAHAL.â Saya berkumpul bersama rombongan kecil dan melanjutkan perjalanan ke curug dengan menggunakan perahu kecil. Rombongan kecil dengan perahu kecil Ya, perahu kecil. Perjalanan menuju lokasi air terjun harus ditempuh dengan perahu kecil selama beberapa kecil. Hal yang menyenangkan, berperahu sambil berimajinasi sedang berada di Amazon tanpa perlu merisaukan akan adanya anaconda, maupun bagaimana cara shipping barang ke Indonesia. Setelah perahu menepi, ternyata kami masih harus berjalan lagi sejenak, mendaki gundukan-gundukan kecil, dan melintasi sungai berbatu yang dangkal namun licin. Dan setelah perjalanan yang cukup menantang, tibalah kami di Curug Cikaso yang terkenal itu. Curug Cikaso Curug Cikaso sebenarnya bernama Curug Luhur, namun dikenal dengan nama Cikaso, karena mengalir dari salah satu anak sungai Cikaso. Curug ini sendiri merupakan gabungan dari tiga buah curug, yaitu Curug Asepan, Curug Meong, dan Curug Aki dengan tinggi sekitar 80 meter dan lebar total 100 meter. Saking derasnya air dan kencangnya angin saat itu, baju yang saya gunakan pun basah oleh Cikaso. Sayang, sedang tak ada wet shirt contest di situ, padahal kans untuk menang cukup terbuka sempit. Almost Full Team at Curug Cikaso Karena baju yang basah dan cadangan baju yang saya bawa kurang, maka saya memutuskan untuk membeli kaus suvenir bertuliskan âCURUG CIKASOâ di kios tadi. Saat itulah ucapan âAH MAHAL.â direvisi menjadi âAH GAK PAPA MAHAL SEKALI-KALI MUMPUNG DI SINI, KAPAN LAGI BROH.â Saat itu, saya masih belum tahu kejutan apa lagi yang telah disiapkan oleh Ujung Genteng. Curug Cigangsa Perjalanan ke curug ini ditempuh selama kurang lebih satu jam dari Curug Cikaso dengan menggunakan bus berukuran sedang yang berjalan dengan kecepatan sedang-sedang saja yang penting dia setia. Dari hentian bus, yang diparkir pada rumah penduduk, kami masih harus berjalan kaki untuk menuju curug ini. Untungnya, saat itu langit cerah, dan pemandangan sepanjang perjalanan pun cukup menarik, yaitu melintasi sungai yang berwarna kecokelatan dan melewati sawah-sawah yang hijau yang berpadu cantik dengan langit biru dan awan putih yang beriring. Melintasi sungai cokelat Melewati sawah hijau Setelah beberapa kali terpeleset batu kali, dan terperosok lumpur sawah, kami semakin mendekati ujung jalan setapak tersebut. Di ujung jalan yang semakin menurun, kami menemukan sungai yang mengalir ke batuan hitam di bawahnya. Dan itulah yang disebut Curug Cigangsa. Menariknya, Curug ini bertipe versatile, yaitu bisa dinikmati dari atas melihat batuan hitam yang menjadi landasan air terjun dan dari bawah menikmati air yang terjun bebas dari sungai berwarna cokelat tersebut. Jika Curug Cikaso berwarna hijau karena lumut, maka Curug Cigangsa berwarna cokelat karena lumpur. Curug Cigangsa Salah satu hal yang agak mengesalkan di sini adalah, ketika sampai bawah, balik lagi ke atasnya malas dan capai, bro! Oleh karena itu, kami memanfaatkan dengan sungguh-sungguh kesempatan untuk mengambil beberapa gambar di lokasi ini. Klik! Model Video Klip Dewi SancaAinul â Ariel â Petty â Ika â Adi â Handa â Wulan â Mario Setelah perjuangan panjang, kami pun berhasil kembali ke dalam bus dengan selamat sentosa. Saat itu, kami masih tak menduga bahwa masih ada kejutan selanjutnya dari Ujung Genteng. Pantai Ujung Genteng Setelah menempuh perjalanan yang melelahkan, kami pun menjadikan bus sebagai tempat beristirahat sebelum tiba di penginapan. Ada yang tertidur pulas, ada yang asyik mengobrol, ada yang karaoke di dalam bus, dan ada yang bermesraan. 17++ Not suitable for kids. Jalan yang bergelombang menandakan bahwa kami telah dekat dengan Mama Losmen, dan akhirnya perjalanan mengunjungi dua curug di Ujung Genteng pun usai. Setelah beristirahat sejenak di penginapan, kami memutuskan untuk bersantai di pantai yang terletak tepat di seberang penginapan. Pantai Ujung Genteng sendiri merupakan pantai dengan garis pantai yang panjang membentang, dengan pasir putih, namun tidak semulus paha Cherrybelle karena terdapat banyak batuan di pasirnya. Jiyeee galau! 3 Saking capeknya akan aktivitas hari itu, kami menolak untuk menyaksikan pelepasan tukik bayi penyu yang terletak jauh dari situ âharus ditempuh dengan menggunakan ojek dengan biaya Rp. dan memilih untuk menikmati sunset di pinggir pantai. Kami merasa bahwa sepertinya kejutan dari Ujung Genteng telah usai. â Malam Harinya â âKamu yakin, mau balik malam ini juga?â Tanya Mas Ali, sang ketua rombongan. âIya Mas.â Jawab saya seraya membereskan barang bawaan dalam tas punggung. âGak capek? Besok pagi aja pulangnya habis subuh. Kan tadi habis jalan-jalan seharian.â Tambahnya. âYa lumayan sih, tapi barusan udah ngopi kok biar gak ngantuk.â Saya menjelaskan. âLagian, besok pacar Adi ke Jakarta. Jadinya dia pengin buru-buru pulang buat pacaran. Maklumlah, insan LDR.â âBenar gak papa?â âIya, gak papa.â Saya menjawabnya, yakin. âLDR itu gak papa kok, namanya juga cinta.â *** Saya menepikan APV yang saya bawa di pinggir jalan yang entah di mana dirimu berada, aktivitas yang saya lakukan hari itu benar-benar menguras stamina saya. Dan hanya berselang satu jam sejak saya mengemudikan dari Pantai Ujung Genteng, saya sudah merasa capai dan mengantuk. Saya pun menyerahkan tugas mulia tersebut ke Adi, membangunkannya untuk berganti tugas. Saya dan Mario yang sebelumnya berada di depan, bertukar dengan Adi dan Ainul. âKamu gak ngantuk kan, Di?â âEnggak Mas, tenang saja.â Adi menjawabnya yakin. âOke Di, alon-alon wae yo. Ati-ati.â Saya berpindah ke bangku belakang paling pojok, karena posisi menentukan prestasi. âNul, ditemanin tuh, si Adi.â Setelah mobil melaju dalam gelapnya jalanan yang mulai menurun, saya pun terlelap dengan nyenyaknya. Sama seperti semua orang di mobil tersebut, termasuk Adi. Hingga ⊠BRAK!!! Saya memaksakan membuka mata, dan mendapati mobil APV yang kami gunakan menabrak sebuah pohon di sisi kanan jalan, yang membuat kap mobil tersebut terbelah dan menyangkut ke pohon tersebut. Asap mengepul tanpa henti dari kap mobil yang terluka. Tak berapa lama, mobil kami telah menjadi tontonan orang yang lewat di daerah tersebut, dan kemudian polisi pun datang. Kami dilarikan ke Rumah Sakit Sukabumi, dan langsung masuk ke bagian UGD. Sementara mobil yang menyangkut di pohon, digelandang ke kantor polisi setempat. Saat itu pukul dua pagi, dan dokter yang bertugas jaga cuma sedikit. Sementara yang lain mendapat penanganan serius, saya menemani Adi membuat laporan ke pihak polisi. âMengantukâ adalah keterangan yang dia berikan. Bukan karena LDR. Esoknya, setelah kesadaran kami pulih dan kesehatan berangsur membaik, kami memutuskan untuk pulang kembali ke Jakarta dengan menggunakan mobil carteran. Niat ingin hemat karena berwisata ramai-ramai, namun kami malah tekor karena harus membayar ongkos ekstra untuk pengobatan, biaya derek ke Jakarta, juga biaya ganti rugi atas kerusakan mobil yang kami sewa. Sampai Jakarta, kami langsung menuju RS Fatmawati untuk pengobatan lanjutan, dan juga ke Panti Pijat sungguhan Haji Naim untuk memijat tubuh kami yang lebam juga beberapa tulang yang bergeser. Jika kebanyakan orang menghabiskan tiga ratus ribu untuk ke Ujung Genteng, kami termasuk yang beruntung karena bisa membuang lebih dari satu juta rupiah. Sungguh Tuhan telah memberikan kejutan yang sangat besar dalam perjalanan ke Ujung Genteng ini. Traveling, is not about emotion at all, because you still have to follow your logic.
PantaiUjung Genteng di Kabupaten Sukabumi -terletak sekitar 135 km dari Kota Sukabumi, atau sekitar 200 km dari Jakarta, dapat ditempuh dengan waktu 6-7 jam perjalanan mobil. Tempat ini dapat dicapai melalui Jampangkulon - Surade, ibukota kecamatan yang terdekat. Kendaraan dapat dengan mudah mencapai Pantai Ujung Genteng, bahkan juga sudah
Laporan Wartawan Ismoyo JAKARTA - Pesawat Lion Air rute penerbangan Bandara Fatmawati Soekarno Bengkulu BKS tujuan Bandara Soekarno-Hatta CGK melakukan pendaratan darurat di Bandara Sultan Mahmud Badaruddin II Palembang, Sabtu, 10 Juni 2023. Salah satu indikator pesawat disebut menunjukkan ada potensi gangguan di salah satu sistem pesawat yang membutuhkan pengecekan di darat dengan segera. Corporate Communications Strategic Lion Air, Danang Mandala Prihantoro mengatakan, pihaknya sudah menjalankan serta mengikuti standar operasional prosedur SOP. Pesawat yang mendarat darurat tersebut adalah pesawat dengan nomor penerbangan JT-631 jenis Boeing 737-900ER registrasi PK-LFG. "Sebelum keberangkatan, pesawat dilakukan pengecekan menyeluruh pre-flight check oleh teknisi dan awak pesawat dalam memastikan seluruh sistem dan komponen pesawat berfungsi secara baik dan aman untuk digunakan selama penerbangan," kata Danang dalam pernyataan tertulis, Sabtu 10/6/2023. Danang mengungkapkan, dalam industri penerbangan, pengecekan sebelum keberangkatan diwajibkan oleh regulasi dan standar keamanan yang ketat. Manajemen menilai, keputusan pilot untuk mengalihkan pendaratan sangat tepat dan merupakan hasil dari pertimbangan yang matang demi menjaga keselamatan, keamanan dan kenyamanan penumpang. "Pertimbangan pengalihan pendaratan di Palembang lebih diutamakan karena posisi pesawat saat di udara lebih dekat ke Bandar Udara Internasional Sultan Mahmud Badaruddin II dibandingkan jarak ke Bandar Udara Internasional Soekarno-Hatta atau bandar udara lain," paparnya. Baca juga Akibat Cuaca Buruk Empat Penerbangan Menuju Bali Terpaksa Divert Pesawat tersebut mendarat pukul WIB di Bandar Udara Internasional Sultan Mahmud Badaruddin II. Setelah pesawat berada pada area parkir secara sempurna, seluruh penumpang diarahkan menuju ruang tunggu di terminal bandar udara. Pihaknya menyampaikan permintaan maaf kepada seluruh penumpang atas ketidaknyamanan yang terjadi. Baca juga Penerbangan Batik Air Timika-Jakarta Harus Divert ke Makassar karena Satu Penumpang Sesak Nafas Penerbangan JT-631 berangkat dari Bandar Udara Internasional Sultan Mahmud Badaruddin II pada pukul WIB tujuan Bandar Udara Internasional Soekarno-Hatta menggunakan pesawat pengganti Boeing 737-900ER beregistrasi PK-LSY dam tiba di Bandar Udara Internasional Soekarno-Hatta pukul WIB.
puasmain-main di Curug Cikaso, kami pun bergegas menuju ke tempat penangkaran penyu di Ujung Genteng. awalnya kami mau ke Curug Cigangsa tapi karena keterbatasan waktu dan semuanya ingin cepat sampai di penangkaran penyu. perjalanan ke ujung genteng lumayan jauh sehingga kami pun menyewa mobil pick-up dan masing-masing orang hanya membayar Rp
Pantai Ujung Genteng Sukabumi menjadi tempat sempurna untuk menikmati sunrise dan sunset Ingin menikmati suasana pantai yang berbeda? Coba saja berkunjung ke pantai yang berada di ujung Sukabumi. Pantai ini bernama Pantai Ujung Genteng. Pemandangan kawasan pesisir Pantai Ujung Genteng. Foto oleh Ulfah Yuliana Selain bisa menikmati sunrise dan sunset yang indah, banyak aktivitas dapat dilakukan di Ujung Genteng. Antara lain berkunjung ke penangkaran penyu hijau, menikmati sensasi ombak di kawasan selancar Ombak Tujuh, snorkeling di Pantai Ujung Genteng, atau melipir ke Curug Cikaso. Kawasan Pantai Ujung Genteng terletak di Kecamatan Ciracap, Kabupaten Sukabumi, Jawa Barat. Lebih tepatnya di sebelah selatan Kota Sukabumi, sekitarĂ 70 km dari pusat kota. Rute Sukabumi â Ujung Genteng tak didukung jalanan mulus sehingga perjalanan makan waktu sekitar 3 jam. Dihitung dari Jakarta, jarak tempuh menuju Pantai Ujung Genteng sekitar 230 km. Jarak ini bisa ditempuh dalam 6-7 jam jika menggunakan mobil pribadi atau 10 jam dengan motor. Suasana sore di Pantai Ujung Genteng. Foto oleh Armand Wisatawan yang menggunakan angkutan umum bisa mencapai tempat ini dengan naik bis antarkota jurusan Jakarta â Sukabumi. Bis tersebut ada di terminal-terminal besar Ă Jakarta seperti Lebak Bulus, Kampung Rambutan, Cawang, dan Grogol. Biaya transportasinya cukup terjangkau, hanya untuk rute Jakarta â Sukabumi. Sampai di terminal Sukabumi perjalanan dilanjutkan dengan menggunakan angkutan umum jurusan Sukabumi-Surade, ongkosnya Tiba di Surade, para wisatawan akan melanjutkan perjalanan dengan menggunakan angkutan umum desa menuju Ujung Genteng. Warga lokal biasa menyebut angkutan itu dengan nama âUnyilâ. Ongkosnya hanya Untuk bermalam, wisatawan tidak perlu khawatir. Sudah cukup banyak penginapan kelas losmen, villa, atau bungalow. Kalau mau wisatawan juga bisa menyewa kamar diĂ rumah penduduk. Tarif menginap bervariasi mulai dari sampai Ada baiknya pemesanan dilakukan jauh-jauh hari, maksimal dua minggu sebelum kedatangan, sebab jumlah kamar Jika tidak ingin menginap di Ujung Genteng, wisatawan bisa menginap di Ă penginapan di daerah SukabumiĂ kemudian melakukan perjalanan seharian ke Ujung Genteng. Waktu terbaik untuk berkunjung ke Ujung Genteng adalah di bulan Maret, Mei, dan Agustus. Sebab pada bulan-bulan tersebut wisatawan bisa melihat penyu hijau bertelur di Pantai Ujung Genteng dan menikmati perayaan Hari Nelayan yang juga diperingati sebagai Hari Ulang Tahun Laut pada 5 Mei. Empat wisata seru di Ujung Genteng 1. Wisata pantai Di Pantai Cibuaya, Pengumbahan, muara Cipanarikan, wisatawan bisa menikmati wisata pantai seperti berenang, main pasir, voli pantai, snorkeling, berkemah, atau menonton sunrise dan sunset. Saat air laut surut, kita dapat berjalan ke antara batu karang dan memancing ikan hias yang Ă d di sela-sela karang. Untuk snorkeling, wisatawan bisa menyewa peralatan berupa kacamata snorkel dan sepatu katak seharga seharian. Jika ingin berkemah, wisatawan perlu membawa tenda sendiri. Sebab tenda yang disewakan kurang nyaman. Tak usah takut air laut pasang dan tenda tergenang air, sebab pasang di pesisir Ujung Genteng tidak terlalu tinggi dan tidak sampai ke bibir pantai. berkemah di Kawasan Pantai Ujung Genteng. Foto Oleh Anugrah Suradipurwo Snorkeling di Ujung Genteng dan panorama pantai berkarang. Foto Oleh Fetriza Rinaldy fetrizaas 2. Selancar Kawasan Pantai Ujung Genteng memiliki ombak besar yang disukai oleh para peselancar. Lokasi ombak besar tersebut dijuluki dengan nama Ombak Tujuh, sebab gulungan ombaknya bisa sampai tujuh lapis. Untuk berselancar di kawasan favorit peselancar mancanegara tersebut, wisatawan bisa menyewa peralatan di kawasan pantai. Tetapi papan selancar yang tersedia hanya kualitas standar untuk pemula. Tidak ada peralatan selancar profesional. Tarif sewa papan selancar standar per hari. Peselancar bermain ombak di kawasan Pantai Ujung Genteng. Foto oleh Kunto Antariksa 3. Mengamati penyu bertelur Kawasan Pantai Ujung Genteng memiliki area penangkaran penyu hijau, tepatnya di Pantai Pengumbahan. Kalau waktunya tepat, di malam hari wisatawan bisa menyaksikan langsung penyu hijau bertelur di kawasan pantai. Musim bertelurĂ penyu hijau antara bulan Agustus dan Maret. Tukik-tukik berjalan menuju bibir pantai. Foto oleh Rio Rolis Terdapat pos jaga tempat wisatawan melapor untuk masuk ke area penangkaran penyu. Harga tiketnya Wisatawan bisa ikut melepas tukik anak penyu ke pantai, melihat telur penyu menetas, juga menonton penyu bertelur di malam hari. Pelepasan tukik. Foto oleh Rio Rolis 4. Main air di Curug Cikaso Ujung genteng tak cuma menawarkan wisata air asin, sebab wisatawan bisa juga bermain air tawar di area air terjun bernama Curug Cikaso. Untuk mencapai air terjun ini, wisatawan harus menumpang perahu motor dari Sungai Cikaso ke hulu. Tarif sewa perahu motor berkapasitar 8-10 orang tersebut Sedangkan tiket masuk ke kawasan wisata ini yaitu per orang. Area Curug Cikaso buka mulai pukul Area Curug Cikaso yang dikelilingi hutan rindang memiliki tiga air terjun. Sepanjang musim kemarau, air curug akan kering sehingga wisatawan tidak bisa menikmati segarnya air terjun tersebut. Pemandangan Curug Cikaso. Foto oleh Anna Idat Curug Cikaso. Foto oleh Jeffrey Kosasih
Untukmenuju Ujung Genteng, saya ngeteng aja ama temen-temen. Berikut adalah urutannya : Kami ber-4, dari jakarta naik KRL ke Bogor (Rp5000) +/- 30 menit; Nyebrang dari stasiun Bogor ke Bogor Paledan. Kereta Parangrango Bogor Paledan - Sukabumi. (Rp20000) +/-2,5 jam. Fyi keretanya lelet banget, tapi ada AC dan ada restorasi dan charger.
Tanggal 7 Agustus 2020, hari Jumat adalah jatah saya wfh work from home, kesempatan ini saya jadikan untuk wisata ke Pantai Ujung Genteng, lokasinya bener2 ada di Ujung Sukabumi, pasti jauh beuuddd ini mah⊠Tadinya saya ingin berangkat Kamis malam atau malam Jumat, tapi kawan saya gak bisa kalau Kamis malam, dia bisa ke Ujung Genteng hari Jumat pagi, ga papa deh, lagian cuman ke pantai doank panâŠ. Kami sepakat ke Ujung Genteng naik motor, kawan saya punya motor matic, sedangkan motor saya kan motor sport, setelah menimbang-nimbang, kami sepakat naik motor matic. 1. Lewat Cikidang Jam hari Jumat pagi kami berangkat dari rumah otw ke Ujung Genteng, kami memilih lewat keradenan, lanjut lewat Pajajaran Bogor, lanjut Ciawi, lanjut Setu Lido, sampai akhirnya kami belok kanan via Cikidang, kondisi jalan Cikidang memang lumayan ekstrim tapi relatif lebih lancar dibandingkan jika kami lewat pasar Cibadak, sebelum memasuki jalan yang benar-benar ekstrim kami mampir dulu ke masjid untuk sholat Jumat, sekalian istirahat gaessss, setelah sholat Jumat kami lanjut naik motor. 2. Lewat Waluran Setelah melewati jalan yang cukup ekstrim, akhirnya kami sampai di pelabuhan ratu, kami pun mampir dulu di pantai Citepus dan pantai karang Hawu, setelah foto2 sebentar kami lanjut ke arah pantai ujung genteng, kami balik arah menuju pertigaan bagbagan, dan akan melalui waluran, sebelum masuk kawasan waluran atau setelah melewati pertigaan bagbagan kami mapir ke bengkel untuk ganti kanvas rem belakang, cuman sebentar doank prosesnya kanvas rem sudah diganti dengan yang baru, harganya Rp. 50 rebong, ternyata sekarang sudah masuk waktu ashar kami lanjut berangkat menuju waluran, kondisi jalan di waluran jangan di anggap enteng, jalannya berkelok, menurun dan menanjak, dengan sisi kiri jalan jurang, memang sih tidak seekstrim Cikidang, tapi kita harus tetap fokus di kawasan waluran. 3. Ban motor meledak Masih di kawasan waluran perut kami mulai keroncongan, kami pun mampir ke warteg untuk makan siang yang sangat telat, sekalian istirahat dan sholat ashar. Setelah kelar makan, sholat dan istirahat sebentar kami lanjut otw menuju ujung genteng. Sekarang giliran saya yang bawa motor, kawan saya sekarang yang di bonceng, baru beberapa meter saya kendarai kok motor nya oleng yaw? Ban nya kayak mau copot gitu deehh, lalu saya bilang ke kawan saya âkok gak enak banget motornya, kayak mau copot gitu bannyaâ lalu kawan saya bilang dengan nada ngeledek, âlagian bawa motor nya pelan banget, kalo pelan emang gitu, coba deh ngebut dikit pasti motornya gak olengâ kemudian saya coba ngebut dikit, tapi kok malah parah olengnya, akhirnya saya minta agar teman saya cek ban, â gak papa kelesss, jangan lebaayyy deh, hayoo lanjut udah sore tauuu, makanya ngebut dikit broohhâ gokil nih orang, motor oleng begini malah disuruh ngebut kalo ada apa-apa bisa-bisa nyemplung ke jurang neehhh. Oke saya ngebut dikit, baru juga beberapa meter tiba-tiba terdengar suara ledakan DUUAARRRR!!!! saya bilang, eh suara apaan tuh jangan-jangan ban motor lu pecah, berenti dulu deh, coba lu cek ban depan, kemudian temen saya melihat ban motornya dan memang pecah, ban luar pecah ban dalem juga pecah, waahhh kacau nehhh malah di tengah hutan pula, hawatir gak ada bengkel, malah udah jam 5 sore. Tapi masih untung pecahnya gak di turunan ekstrim atau diturunan Cikidang hehehe. Akhirnya mau gak mau kami cari bengkel, saya naik motor dan kawan saya jalan kaki, setelah tengok kiri dan tengok kanan jalan, saya liat ada bengkel motor kecil, saya pun segera mampir, si Abang langsung bilang ban luar dan ban dalem pecah dan harus di ganti, tapi si Abang gak punya stok ban luar dan ban dalem, tapi dia bisa bantu untuk beli ke bengkel lain, dengan catatan saya harus kasih uang dulu 180 ribu, karena dia gak punya duit untuk beli ban di bengkel lain, tanpa tawar menawar saya langsung kasih duit 180 ribu ke si Abang dan dia langsung pergi ke bengkel naik motor, gak lama kemudian temen saya nyampe juga ke bengkel, singkat cerita akhirnya motor sudah di ganti bannya, dan kami siap2 melanjutkan perjalanan. 4. Pantai Ujung Genteng Setelah melewati waluran, kami sampai di wilayah surade pas magrib, kami melihat ada pengendara motor di depan kami terjatuh di tengah jalan, kami pun segera membantu, dan warga sekitar pun ikut menolong pemuda naas itu, rupanya pemuda itu keserempet mobil dan sang pemilik mobil kabur lari dari tanggung jawab, gak tau juga deehh yang salah yang naik motor atau yang bawa mobil, kejadian begitu cepat, kemudian warga sekitar semakin banyak yang menolong pemuda malang itu, karena sudah banyak yang menolong kami segera lanjut meluncur ke Ujung Genteng. Pas azan Isya kami sampai di pintu masuk wisata pantai ujung genteng, sebelum masuk kawasan pantai ujung genteng kami bayar restribusi dulu, untuk motor 8 rebong ya cyiinnn tanpa karcis, karena sudah sampai di tujuan saya berhentikan motor sambil liat map untuk cek penginapan, belum juga liat map sudah ada calo penginapan menawarkan penginapan dengan harga 100 ribu permalam dan katanya dekat pantai, tapi saya tolak, walau dirayu terus menerus saya tetep tolak dengan alasan kami tidak menginap. 5. Penginapan di Ujung Genteng Setelah menolak calo penginapan yang sedikit memaksa, kami lanjut naik motor sampe bibir pantai yang ada tulisan âUJUNG GENTENGâ kami segera foto-foto, sambil foto calo penginapan lain terus merayu kami dan menawarkan penginapan 100 ribu, saya tetap menolak, dan lanjut foto, setelah gak di ganggu calo, kami duduk di tepi pantai sambil merokok, sambil melihat-lihat sekitar pantai, rupanya cukup banyak penginapan di dekat pantai, lalu saya pun pura-pura beli sesuatu di salah satu warung yang cukup banyak di kawasan pantai, padahal saya mau tanya penginapan, dan saya berhasil mendapatkan penginapan seharga 170 ribu yang dekat sekali dengan pantai. Penginapannya memang cukup sederhana, tanpa tivi, tanpa AC, yang ada cuman kipas angin berukuran besar, ga papa laahh yawâŠ. yang penting bisa istirahat, Setelah masuk penginapan kami segera istirahat karena sudah kelelahan naik motor, selanjutnya ZzzzzzzzzâŠ. 6. Curug Cigangsa Setelah sholat subuh, kami siap2 ke pantai, suasana agak sepi, mungkin karena masih pagi atau mungkin juga karena masih suasana covid 19 atau corona yaw cyiinnn. Setelah merasa cukup main di pantai, kami kembali ke penginapan dan selanjutnya kemas-kemas untuk selanjutnya wisata ke Curug Cigangsa di wilayah Surade,dari map saya lihat waktu tempuh dari pantai ujung genteng ke Curug sekitar 1 jam. Obyek wisata Curug Cigangsa masih sepi pagi menjelang siang kali ini, motor yang parkir cuman motor kami doank sampai kami meninggalkan Curug. Untuk sampai ke Curug kami harus berjalan kaki melewati persawahan penduduk dengan melewati pematang sawah, cukup asri pemandangan menuju curug, saat mendekati Curug kondisi jalan menurun lumayan terjal, tapi jangan khawatir untuk jalan turun sudah di buatkan anak tangga dari semen, jadi lumayan aman cyinnn⊠Tapi buat saya lumayan bikin ngos-ngosan ahaayyy⊠Menurut saya curugnya cukup rekomend, sangat bagus buat foto, sayangnya ongkos parkir lumayan mahal yaitu 8 ribu permotor, menurut saya 5 ribu adalah harga parkir motor yang paling ideal tapi sudahlah 8 ribu masih wajar kok, kecuali kalau 20 ribu keatas ya cyiinn.. Setelah puas menikmati keindahan Curug Cigangsa dan puas foto-foto, kami meninggalkan Curug yang cukup intragamable ini dan kami siap kembali ke depok. Demikian semoga bermanfaatâŠ.
. 223 456 361 110 95 104 273 283
rute ke ujung genteng dari jakarta naik motor